Pengertian model
MODEL = Mills (1989:4) berpendapat bahwa :
“model adalah bentuk repren-sentasi akurat, sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.
Hal itu merupakan interpretasi atas hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem.
Pengertian model pembelajaran, merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang ber-dasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas
Pengertian pendekatan
Pendekatan adalah suatu antar usaha dalam aktivitas kajian, atau interaksi, relasi dalam suasana tertentu, dengan individu atau kelompok melalui penggunaan metode-metode tertentu secara efektif.
Pendekatan pembelajaran sebagai proses penyajian isi Pembelajaran kepada siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan suatu metode atau beberapa metode pilihan.
Pengertian Strategi
Strategi pembelajaran merupakan pen-dekatan dalam mengelola kegiatan,dengan mengintregasikan urutan kegiatan, cara mengorganisasikan materi pelajaran dan pembelajar,peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, secara efektif dan efisien.
Strategi pembelajaran terkandung pertanya-an bagaimanakah cara menyampaikan isi pelajaran?.
Maka komponen operasional strategi pembelajaran berupa urutan kegiatan, metode, media pembelajaran dan waktu
Pengertian Metode
Metode Instruksional (pembelajaran) berfungsi sebagai cara dalam menyajikan (mengurai-kan, memberi contoh, dan mem-beri latihan) isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu
Pengertian Gaya
Gaya adalah kesanggupan atau kapasitas seseorang untuk berbuat sesuatu yang diekspresikan baik secara implisit maupun eksplisit.
Gaya sangat dipengaruhi oleh kepribadian seseorang, yang saling terkait dengan kondisi lingkungan
Pengertian Model pengajaran
Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik,dan memberi petun-juk kepada pengajar di kelas dalam set-ting pengajaran atau setting lainnya.
Memilih suatu model mengajar, harus sesuaikan dengan realitas yang ada dan situasi kelas yang ada, serta pandangan hidup yang akan dihasilkan dari proses kerjasama dilakukan antara guru dan peserta didik.
PERGESERAN MODEL MENGAJAR KE MODEL BELAJAR
NORMAL VERSUS AB NORMAL KE MULTI KECERDASAN
SUBJEK MATER KE KOMPETENSI
KOREKSI TAKSANOMI BLOOM PETER W.AIRASIAN DKK (1999)
MODEL BELAJAR behaviorisme
Good et. al.(1990)menganggap behaviorisme atau tingkah laku ini dapat diperhatikan dan diukur.
Prinsip utama ialah faktor rangsangan (stimulus), Respon (response) serta penguatan (reinforcement). Model ini menganggap faktor lingkungan sebagai rangsangan dan respon peserta didik terhadap rang-sangan itu ialah responsnya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Thorndike yang menyatakan bahwa hubungan di antara stimulus dan respon akan diper-kuat apabila responnya positif diberikan reward yang positif dan tingkah laku nagatif tidak diberi apa-apa (hukuman).
Menurut Gagne et.al. (1992) dalam behaviorisme, terdapat delapan elemen yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu:
1) menarik perhatian,
2) menjelaskan tujuan,
3) Merangsang proses “recall”,
4) Menyiapkan bahan atau materi yang dapat merangsang /menarik perhatian,
5) Menyediakan bimbingan terhadap peserta didik,
6) Memberi penghargaan terhadap kemajuan peserta didik berdasarkan tugas dan latihan,
7) Menilai kemajuan belajar peserat didik, dan
8) Mengembangkan pengetahuan dan kepandaian yang telah dimiliki peserta didik.
KARAKTERISTIK
Belajar adalah perubahan tingkah-laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu me-nunjukkan perubahan tingkahlaku.
Pada model ini yang terpenting ada-lah masukkan yang berupa stimulus dan keluaran berupa respons.
Adapun apa yang telah terjadi diantara stimulus dan respons itu dianggap tak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati,yang bisa diamati hanyalah stimulus dan respons
LANGKAH-LANGKAH
Ω Menentukan tujuan-tujuan Instruksional
Ω Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasikan "entry beha-vior" peserta didik (pengetahuan awal peserta didik)
Ω Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan)
Ω Memecah materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil (sub pokok bahasan, sub topik)
Ω Menyajikan materi pelajaran
Ω Memberikan stimulus yang mungkin berupa : pertanyaan (lisan/tertulis) tes, latihan dan tugas
Ω Mengamati dan mengkaji respon yang diberikan
Ω Memberikan penguatan positip atau negatif
MODEL BELAJAR COGNITIVISME
Belajar sebagai suatu rangkaian pase, menggunakan step-step kognitif: pengkodean (cooding), penyimpanan (storing), perolehan kembali (retrieving), dan pemindahan informasi (transferring information).
suatu tugas dapat dipelajari dengan baik urutan yang spesifik pada sembilan peristiwa, yaitu:
1) memperoleh perhatian (gaining attention),
2) informasi peserta didik pada tujuan (informing the learner of the objective),
3) prasyarat daya ingat sebagai prasyarat belajar (stimulating recall of prerequisite learning),
4) menyajikan materi baru (presenting new material),
5) menyediakan bimbingan belajar (providing learning guidance),
6) menyatakan capaian (eleciting performance),
7) menyatakan umpan balik sebagai ketepatan (providing feedback about correctness),
8) menaksir capaian (assessing performance), dan
9) penambahan ingatan dan daya ingat (echancing retention and recall).
COGNITIVISME
Model pemrosesan pengetahuan ini dengan menyatakan, bahwa pengetahuan yang diterima itu akan terlebih dahulu disimpan pada pendaftar sensor. Pengetahuan yang baru diterima akan dibandingkan dengan Kognitif yang telah dulu ada. Pengetahuan yang telah ada tersebut dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan dan digabungkan dengan pengetahuan yang baru. Selanjutnya, pengetahuan tersebut dipindahkan sebagai ingatan jangka pendek dan jika pengetahuan itu dianggap penting, akan dipindahkan kepada ingatan jangka panjang.
KARAKTERISTIK
Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman.
Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk per-ubahan tingkahlaku yang bisa diamati.
Setiap orang telah mempunyai peng-alaman dan penge-tahuan di dalam dirinya
Robins (1993:135), persepsi merupakan: Suatu proses di-mana individu mengorganisasi-kan dan memaknakan kesan sensorinya untuk memberi arti pada lingkungannya.
Tingkah laku seseorang akan didasarkan pada kenyataan menurut persepsinya sendiri bukan ber-dasarkan kenyataan yang sebenarnya.
Gilmer (1975 : 255) mengartikan persepsi sebagai :
persepsi merupakan proses pengorganisasian informasi dari lingkungan da-lam tingkah laku yang berarti dan teratur.
PENGERTIAN PERSEPSI
Morgan (1986 : 132) mendefinisikan persepsi sebagai :
persepsi didefinisikan sebagai apa yang dialami oleh individu. Persepsi yang merupakan pengalaman kita tentang dunia, timbul dari masukan sensory dan bagaimana cara kita untuk mengolah informasi sensory ini.
Atkinson et.al (1991) persepsi merupakan : Proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan.
Udai Pareek (1996: 13) mendefinisikan persepsi sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasi, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsang panca indera atau data.
Morgan (1986 : 132) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi individu adalah :
Û Perceptual learning yaitu peningkatan dakam kemampuan untuk mengambil inti (ecxtract) informasi dari lingkungan sebagai hasil dari pengalaman atau latihan dengan rangsang yang datang dari lingkungan.
Û Harapan atau set yang dimiliki individu merujuk pada ide bahwa individu dapat mempunyai kesiapan dalam menerima masukan sensory tertentu. Harapan atau set ini berbeda pada tiap individu dan merupakan faktor yang berpengaruh diam penyeleksian masukan sensory untuk memilih rangsang mana yang menjadi fokus perhatian dan dalam mengorganisasikan rangsang tersebut. Misalnya, seseorang yang sedang mengharapkan ateu menantikan telepon dari orang yang penting, maka dia akan mendengaar bunyi telepon di malam hari yang tidak didengar oleh orang lain.
Û Motif atau kebutuhan. Perbedaan motif dan kebutuhan pada setiap individu akan mempengaruhi persepsi, dengan kata lain individu dapat memperhatiakan dan mengorganisasikan masukan sensory yang sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki individu. Misalnya, individu yang lapar atau haus akan memperhatikan kejadian-kejadian di lingkungan yang akan memuaskan kebutuhannya.
Û Karakteristik individual dari tipe perceptual-cognitive (The individual characteristic perceptual cognitive style) yaitu perbedaan dalam cara mengolah informasi yang menjadi karakteristik
Û
KARAKTERISTIK BRUNER
Model ini sangat membebaskan peserta didik untuk belajar sendiri.
Model ini meng-arahkan peserta didik untuk belajar secara discovery learning.
LANGKAH-LANGKAH
q Menentukan tujuan-tujuan instruksional
q Memilih materi pelajaran
q Menentukan topik-topik yang akan dipelajari peserta didik
q Mencari contoh-contoh, tugas, ilustrasi dsbnya., yang dapat digunakan peserta didik untuk bahan belajar
q Mengatur topik peserta didik dari konsep yang paling kongkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke kompleks
q Mengevaluasi proses
COGNITIVISME BERMAKNA (ASUBEL)
Dalam aplikasinya menuntut peserta didik belajar secara deduktif (dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif peserta didik
v Menentukan tujuan-tujuan instruksional
v Mengukur kesiapan peserta didik (minat, kemampuan, struktur kognitif)baik melalui tes awal, interviw, pertanyaan dll.
v Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
v Mengidentifikasikan prinsip-prinsip yang harus dikuasai peserta didik dari materi tsb.
v Menyajikan suatu pandangan secara menyelurh tentang apa yang harus dikuasai pesertadidik.
v Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru disajikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (keterkaiatan) materi yang sudah diberikan dengan yang akan diberikan.
v Mengajar peserta didik untuk memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep yang ada
v Mengevaluasi proses dan hasil belajar
MODEL BELAJAR CONTRUCTIVISME
Konstruktivisime merupakan proses Pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam diri manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktekkan dalam proses belajar dan Pembelajaran baik di tingkat sekolah dasar, menengah, maupun universitas, meskipun belum jelas terlihat.
Berdasarkan faham konstruktivisme, dalam proses belajar mengajar, guru tidak serta merta memindahkan pengetahuan kepada peserta didik dalam bentuk yang serba sempurna. Dengan kata lain, pesera didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing. Pembelajaran adalah hasil dari usaha peserta didik itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk peserta didik. Pola pem-binaan ilmu pengetahuan di sekolah merupakan suatu skema, yaitu aktivitas mental yang digunakan oleh peserta didik sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan. Fikiran peserta didik tidak akan menghadapi kenyataan dalam bentuk yang terasing dalam lingkungan sekitar. Realita yang diketahui peserta didik adalah realita yang dia bina sendiri. Peserta didik sebenarnya telah mempunyai satu set idea dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap lingkungan mereka.
PENERAPAN MODEL BELAJAR CONTRUCTIVISME
Pengetahuan yang dibentuk melalui pengalaman
Pembelajaran adalah intepretasi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran merupakan satu proses aktif yang dibina dari pengalaman seseorang
Konsep terhadap sesuatu pengalaman dibina dari penyatuan beberapa perspektif secara kolaboratif (konstruktivism kognitif dan konstruktivism sosial)
Pembelajaran dibina didalam situasi nyata.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1) murid tidak hanya dibekali dengan fakta-fakta, melainkan diarahkan pada kemampuan penguasaan dalam proses berfikir dan berkomunikasi,
2) Guru hanya merupakan salah satu sumber pengetahuan, bukan orang yang tahu segala-galanya. Jadi guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing belajar peserta didik.
3) sebagai implikasinya, dalam penilaian pun harus mencakup cara-cara penyelesaian masalah dengan berpatokan pada aturan yang berlaku. Teknik-teknik tersebut dapat berbentuk peta konsep, diagram ven, portopolio, uji kompetensi, dan ujian komprehensip.
COSTRUCTIVISME PIAGIET
Pembelajaran konstruktivisme berdasarkan pemahaman Piaget, beranggapan bahwa:
1) gambaran mental seseorang dihasilkan pada saat berinteraksi dengan lingkungannya,
2) pengetahuan yang diterima oleh seseorang merupakan proses pembinaan diri dan pemaknaan, bukan internalisasi makna dari luar.
COSTRUCTIVISME PERSONAL
Pembelajaran menurut konstruktivisme personal, memiliki beberapa anggapan (postulat), yaitu:
1) Set mental (idea) yang dimiliki peserta didik mempengaruhi panca indera dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap proses pembentukan pengetahuan,
2) Input yang diterima peserta didik tidak memiliki makna yang tetap,
3) peserta didik menyimpan input yang diterima tersebut ke dalam memorinya,
4) input yang tersimpan dalam memori tersebut dapat digunakan lagi untuk menguji input lain yang baru diterima,
5) peserta didik memiliki tanggung jawab terhadap apa yang menjadi keputusannya.
COSTRUCTIVISME SOSIAL
Konstruktivisme sosial beranggapan bahwa pengetahuan yang dibentuk oleh peserta didik, merupakan hasil interaksinya dengan lingkungan sosial disekitarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa:
1) pengetahuan dibina oleh manusia,
2) pembinaan pengetahuan bersifat sosial dan personal,
3) pembina pengetahuan personal adalah perantara soial dan pembina pengetahuan sosial adalah perantara personal,
4) pembinaan pengetahuan sosial merupakan hasil interaksi sosial, dan
5) interaksi sosial dengan yang lain adalah sebagian dari personal, pembinaan sosial, dan pembinaan pengetahuan bawaan.
COSTRUCTIVISME RADIKAL
Konstruktivisme radikal dikembangkan oleh von Glaserfeld (1984), yang beranggapan bahwa:
1) kebenaran tidak diketahuai secara mutlak,
2) pengetahuan saintifik hanya dapat diketahui dengan menggunakan instrumen yang tepat,
3) konsep yang terjadi adalah hasil yang diperoleh individu setelah melakukan ujicoba untuk menggambarkan pengalaman subjektif,
4) konsep akan berkembang dalam upaya penggambaran fungsi efektif tentang pengalaman subjektif.
COSTRUCTIVISME
Pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik, jika peserta didik tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan masalah dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.
Pada akhir proses Pembelajaran, peserta didik memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya.
Untuk memutuskan (menilai) keputusan-nya, peserta didik harus bekerja sama dengan peserta didik yang lain.
Guru harus mengakui bahwa peserta didik membentuk dan menstruktur pengetahuannya berdasarkan modalitas belajar yang dimilikinya, seperti bahasa, matematika, musik dan lain-lain
KESIMPULAN CONTRUCTIVISME
| BEHAVIORISME | KOGNITIVSME | CONTRUCTIVISME |
Bagaimana Belajar dideskripsikan? | Suatu perubahan dalam kemungkinan perilaku tertentu yang terjadi di dalam situasi tertentu | Perubahan pengetahuan yang tersimpan dalam memori | Perubahan dalam tujuan konstruksi dari pengalaman |
Bagaimana proses belajar dipandang? | Suatu anteseden, dari perilaku terdahulu yang diikuti oleh beberapa konsekwensi | Memori melibatkan tiga proses: perhatian, pengkodean, dan perolehan kembali | Saling berpengaruh antar pengetahuan yang ada pada siswa, konteks sosial, dan masalah untuk dipecahkan |
KESIMPULAN CONTRUCTIVISME
Apa yang dilakukan guru dalam proses? | Menyusun ketidaktentuan dan menyajikannya pada para siswa | Membantu dan mendukung proses kognitif yang mendukung memori | Melengkapi peserta didik dengan situasi kolaborasi |
Baaimana guru mengelola proses? | Menentukan tujuan Pembelajaran sebagai perilaku peserta didik menggunakan isyarat untuk membantu peserta didik terhjadap perilaku yang dinginkanmenggunakan konsekuensi terhadap penguatan perilaku yang dinginkan | Mengorganisai informasi baru Mengkaitkan iinformasi baru dengan pengetahuan yang telah ada Menggunakan teknik untuk membantu dan mendukung terhadap perhatian, peng-kodean, dan perolehan kembali peserta didik | melengkapi peserta didik dengan “Masalah yang baik” yang akan dijadikan investigasi (penyelidikan) menciptakan aktivitas kelompok belajarmodel dan bantuan proses pembentukan pengetahuan |
- Batang atau otak reptilia
Fungsi motor sensorik
Kelangsungan hidup
Hadapi atau lari
- Sistem limbik atau otak mamalia
Perasaan/emosi
Memori
Bioritmik
Sistem kekebalan
- Neokorteks atau otak berpikir
Berpikir intelektual
Penalaran
Perilaku waras
Bahasa
Kecerdasan yang lebih tinggi
Optimalkan melalui pembelajaran yang menyenangkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar